PALANGKA RAYA–Tak hanya Tjilik Riwut, Bumi Tambun Bungai Provinsi Kalimantan Tengah(Kalteng) juga memiliki pahlawan dae-rah yang saat ini sedang diperjuangkan menjadi pahlawan nasional. Ia adalah Panglima Utar, pahlawan dari Kumai, Kabupaten Kotawar-ingin Barat (Kobar).
Panglima Utar atau dikenal Mukhtar bin Ab-durrahim ini ikut bertempur melawan penjajah Belanda Pada 14 Januari 1946. Kisah perjuangannya itu pun menggugah para seniman Kalteng untuk dihadirkan pada sendratari yang digelar di UPT Taman Budaya Kalteng, Sabtu malam (2/12).Rendi Saputra dipercaya sebagai Production Director.

Kepada para tamu undangan yang hadir, ia bercerita jika karya ini dibuat bukan dari cerita orang belaka, tetapi ia tetap melaku-kan riset ke daerah asal Panglima Utar di Kumai.
“Sebelum mengangkat karya, kami riset dan mendengarkan langsung dari narasumber di Kumai, bertemu cucu Panglima Utar dan abang-abang dari Angkatan Muda Penerus Perjuangan 46.
Jadi karya ini bukan cuma kami dengar dari cerita orang lain atau youTube, tetapi ini bukti dari hasil perjalanan kami dari Palangka Raya menuju Kumai, Kotawaringin Barat,” ungkapnya.
Pada pertunjukan itu pun hadir langsung cucu Panglima Utar yakni Abdul Muin. Karya ini berkolaborasi dari enam sanggar seni bu-daya yakni Dapur Tari Abib Igal, SSB Kahanjak Huang, SSB Antang Batuah, SSB Hagatang Tarung, Sanggar Sababuka, dan Komunitas Pangka Balinga.Sendratari ini ditampilkan dengan kesenian melayu yang lekat dari Kumai.
Pada 14 Januari Tahun 1946, terjadi pertempuran memperta-hankan bendera merah putih Indonesia yang ingin diturunkan penjajah di Kumai. Saat itu, seorang panglima yang juga sahabat Panglima Utar gugur.
Mendapati fakta tersebut, Panglima Utar pun berang. Sebagai seorang muslim, Panglima Utar menyempatkan mengambil air wudhu dari laut, lalu ia menaiki kapal Belanda. Sambil memamerkan sebilah parang, ia berseru “Maju terus, pantang mundur selangkahpun!!!”.
Panglima Utar mengamuk. Ia berhasil memukul mundur penjajah.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng Hj Adiah Chandra Sari melalui Kepala UPT Taman Budaya Kalteng Wildae Desyanthy Binti mengapresiasi hasil karya tersebut.
Dengan sendratari inilah, menjadi wadah merawat dan menjaga kele-starian sejarah Kalteng.
“Karya ini diangkat berdasarkan sejarah yang dimiliki Kalteng dan menjadi bentuk variasi selain mengangkat kebudayaan,” ungkap Wildae.
Sendratari ini melibatkan sejumlah seni-man, di antaranya Art Director Abib Habibi Igal, Koreografer Alifi a Ananda Savitri, Ardi Kenzu Anarta, Komposer Husni Riadi dan Daniel Batuah Barajaki Asang. (ila/ram)