GPOP-“HP itu diciptakan untuk menjadi barang yang sengaja dibutuhkan oleh manusia,” celetuk pertama oleh Ida Bagus Suryanatha saat ditemui oleh tim G-Pop.
Menurut seorang digital marketing specialist ini hadirnya teknologi dan internet yang memudahkan membuat manusia ketergantungan pada HP. Sudah banyak kelompok yang bijak dan cermat yang bisa memaksimalkan internet dengan baik.
“Sekarang udah banyak yang cermat menggunakan media sosial. Jika diperhatikan sekarang banyak medsos yang membantu para produsen menjual barangnya akhirnya muncul affiliate atau forum jual beli Facebook yang masih ramai hingga sekarang. Tapi hal ini menjadi tidak bijak ketika ada oknum yang menggunakan medsos untuk tindak kriminal,” sambung Natha.
Munculnya masyarakat jahil yang memanfaatkan manusia gagap teknologi untuk melakukan penipuan merupakan tindakan tercela. Modus penipuan online mulai dari link phising, aplikasi bajakan untuk menyedot infromasi di HP berkedok undangan pernikahan online hingga penipuan give away para artis ibukota yang dimanfaatkan oleh oknum.
Ida Bagus Suryanatha mengungkapkan, agar masyarakat tak mudah dikenai modus penipuan perlu diberikan pengembangan kapasitas SDM untuk bijak menggunakan HP. Tak hanya HP namun juga penggunaan internet yang tepat dan cermat.
”Menggunakan smartphone itu harus digunakan dengan smart pula,” tegasnya.
Tak hanya itu, penggunaan internet kini bisa membuat manusia menjadi adiktif. Berselancar di dunia maya membuat manusia tak ingat waktu dan dunia nyata. Manusia dibuat terlena oleh internet pada ponsel yang memudahkan segala akses. Mencari ragam hiburan, interaksi jarak jauh bahkan promo belanja setiap bulan yang membuat masyarakat Indonesia semakin konsumtif.
Selain itu jaringan internet yang semakin cepat ini membawa arus informasi yang beragam dalam kurun waktu yang sebentar. Adanya penyebaran informasi masif yang dikonsumsi bisa menyebabkan overthinking pada seseorang.
Hal ini terjadi pada masyarakat urban yang sangat akrab dengan internet.
“Masyarakat urban itu jauh lebih adiktif dengan internet, makanya interaksi sosial berbasis offline mulai ditinggalkan. Too much information yang diterima juga berdampak overthinking dan mempengaruhi mental health. Berbeda dengan masyarakat di desa ketika diberi akses internet mereka dengan cepat mengakses berita terkini, karena sebagai pedagang perlu update misalnya harga jual terkini. Itu yang diprioritaskan. Makanya masyarakat di desa tidak kenal dengan overthinking,” paparnya sambil tertawa.
Masyarakat perlu diberikan edukasi mengenai filter informasi. Selain memfilter informasi masyarakat juga patut diberitahu untuk menerapkan time management ketika menggunakan ponsel pintarnya.
”Mau nggak mau kita harus beradaptasi dengan teknologi seperti ini. Namun masyarakat juga harus mampu memfilter informasi dan aplikasi yang menurut mereka toxic. Karena kita harus tetap menjaga kewarasan dan utamakan prioritas,” tutupnya.(oas/abw)