TANAH tersebut memiliki lebar sekitar 25 meter, dengan satu sisi panjangnya sebesar 7,5 meter dan sisi satunya 10 meter. Untuk mengakali bentuk lahan yang unik tersebut, Harfansyah membaginya menjadi tiga zona. Zona paling depan adalah area servis yang disembunyikan di balik bentuk fasad kotak memanjang. Di sana terdapat area cuci jemur dan dapur kotor yang terhubung dengan kamar ART di lantai dua melalui tangga putar. Lalu zona kedua merupakan area bangunan utama yang terdiri dari ruang keluarga dan ruang makan. Sedangkan zona ketiga terletak di paling belakang, yakni area home offi ce. Sementara itu, lantai dua benar-benar difungsikan sebagai kamar-kamar. ’’Pemilik rumah masih berusia 30-an. Jadi ruangannya dibuat lebih fi t, tidak terlalu besar, sesuai keperluan saja,’’ kata Harfansyah kepada Jawa Pos, pekan lalu. Pintu masuk utama langsung terhubung dengan zona kedua.

Dari zona kedua terdapat pintu penghubung di ruang makan yang mengarah ke area servis. Sedangkan home offi ce hanya bisa diakses dari ruang keluarga atau pintu yang ada di taman tengah. Dengan lebar lahan 25 meter, Harfansyah mencoba ”memotongnya” dengan menempatkan taman di tengahnya. Taman itu tersembunyi di balik dinding hijau yang tampak pada fasad. Taman tersebut menjadi sumber masuknya udara dan cahaya matahari ke seluruh bagian rumah, terutama ruang keluarga.

’’Taman itu kami tutup dinding warna hijau, sehingga aktivitas pemilik tidak terlihat oleh orang luar dan begitu pula sebaliknya,’’ katanya. Sementara itu, untuk mengatasi masalah lahan yang menghadap ke arah barat, Harfansyah membuat fasad yang cenderung tertutup. Namun dia menciptakan lubang-lubang sebagai tempat masuknya udara dan penyaring cahaya menggunakan dua material utama. Yakni roster dan batu bata ringan. Roster menjadi material fasad kotak yang menutup area servis pada bagian depan. Sedangkan bata ringan dipotong dan disusun sedemikian rupa agar memiliki motif seperti anyaman dan lubang-lubang yang beraturan. Dinding bata ringan itu berfungsi sebagai second skin, terutama pada area kamar utama di lantai dua. Di baliknya terdapat jendela kaca yang bisa dibuka tutup. ’’Dari dalam rumah akan muncul bayangan cantik dari second skin itu. Rumah juga menjadi tidak begitu silau karena cahaya telah tersaring,’’ katanya. Harfansyah menerapkan warna yang cenderung netral pada rumah ini, baik eksterior maupun interior. Untuk fasad terdapat tiga warna utama, yakni abu-abu kamprot, putih dan hijau. Sebab, dia ingin rumah ini tetap downto-earth. ’’Bentuk rumah ini sudah cukup berbeda dari sekitarnya. Oleh karena itu, kami tidak mau menambah keanehan dari segi warna. Dengan begini pun sudah cukup eye-catching,’’ tandasnya. (adn/nor)


