GPOP-Sebelum mengikuti perlombaan, tentunya segala sesuatu sudah dipersiapkan dengan matang. Tetapi, kalau tiba-tiba pas hari “H” ada hambatan, waduh gimana tuh? Sama halnya dengan anak muda berbakat yang satu ini.

Riri, salah satu mahasiswi tingkat akhir di Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya. Dalam perjalanannya pada seni budaya karungut, sudah gak usah diragukan lagi guys. Ia sudah banyak mengikuti berbagai perlombaan karungut, baik di Kalimantan Tengah hingga ke tingkat Nasional di Jakarta.
Tetapi, ada satu kejadian menarik nih yang di alami saat ia ingin mengikuti lomba. Saat itu, beberapa waktu sebelum dirinya naik ke atas panggung, tiba-tiba Riri merasa sakit tenggorokan. Padahal nih katanya, saat itu ia merasa fit dan tidak mengkonsumsi apapun yang membuat tenggorokannya sakit.
“Waktu itu tiba-tiba tenggorokan aku sakit pas mau tampil, gak tau kenapa. Tapi aku percaya diri dan yakin aja sambil berdoa dan minum air putih. Meskipun waktu tampil tenggorokan aku masih sakit, tapi bisa aku selesaikan sampai akhir. Dan anehnya, setelah tampil, tenggorokanku malah udah gak sakit lagi. Itu pengalaman pertama buatku, selebihnya gak ada kendala,” ujarnya.
Wah kok bisa seperti itu ya? Sobat G-Pop ada yang pernah ngalamin kejadian yang sama gak saat mau tampil? Atau itu hanya demam panggung saja ya? Tetapi, halangan tidak menyurutkan semangat, itu yang ditanamkan dalam diri wanita 22 tahun ini.
Riri berasal dari Kabupaten Gunung Mas, tepatnya di Kecamatan Kurun. Sejak kelas VI SD, ia sudah menggeluti kesenian karungut. Kemampuannya itu, tidak lepas dari darah seni yang sudah dimiliki keluarganya. Tidak ada yang mengajarinya berkarungut, ia hanya sering mendengarkan orang tuanya atau sekedar mendengar lagu atau musik karungut.
“Gak ada yang ajarin, mendengarkan aja, secara otodidak aja, langsung mengalir aja gitu. Karungut menurut aku susah-susah gampang ya, harus ada teknik pernapasannya dan cengkokannya seperti itu,” jelasnya.
Menurut Riri, karungut adalah sebuah pantun yang di lagukan, menjadi ciri khas Dayak Kalteng dan menarik untuk di dengarkan. Maka dari itu, katanya, bagi teman-teman di luar sana, jangan gengsi dan lupakan kesenian asli dari Kalimantan Tengah.
“Walaupun sekarang jaman sudah maju, tetap jangan kita lupakan budaya yang sudah menjadi ciri khas kita,” pungkasnya.
Beberapa waktu yang lalu, Riri mengikuti lomba karungut di Intage Barito Shinta Cafe dan Louge. Saat itu dirinya berhasil meraih juara pertama untuk kategori karungut wanita dan mengalahkan 13 peserta lain. Dengan bakat dan kemampuan yang di milikinya, Riri mempunyai keinginan untuk bisa mengajar dan berbagi ilmu untuk anak-anak atau generasi penerus untuk bisa melesatarikan dan mencintai seni budaya karungut. Meskipun saat ia menginjak usia SMA, pernah diminta untuk mengajar karungut disalah satu SD, tetapi untuk saat ini Riri tetap ingin mengajar apabila ada sekolah atau lembaga yang dapat memfasilitasi dirinya. (novi/abw)