Berhasil Membudidayakan Lemon, Sekali Panen Capai 50 Kilogram

oleh

Andrau Boston Togatorop, Hobi Bertani yang Mendatangkan Cuan

bannerads728x90

Menjadi petani di usia muda bukanlah perkara mudah. Kegagalan dan penolakan kerap dirasakan. Namun itu mampu dilewati Andrau Boston Togatorop. Mahasiswa berusia 19 tahun yang berhasil mendulang cuan dari bertani buah lemon.

MUTOHAROH, Palangka Raya

ANDRAU merupakan salah satu mahasiswa Universitas Palangka Raya (UPR) yang mengambil jurusan agribisnis. Selain disibukkan dengan urusan kuliah, ia juga sibuk mengembangkan usaha jual buah lemon.

“Dari kecil emang suka bertani, bahkan dulu juga se­ring jual-jual buah, terus dari keluarga ngomong kenapa enggak didijadikan bisnis saja, kebetulan di rumah emang punya pohon lemon, karena aku lihat emang jarang juga ada yang membudidayakan secara konvensional, makanya aku coba, karena jarang juga,” kata Andrau kepada wartawan Kalteng Pos di sela-sela berjualan di kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Palangka Raya, Selasa (23/1).

MUTOHAROH/KALTENG POS
INSPIRATIF: Andrau Boston Togatorop memperlihatkan produk olahan berbahan dasar lemon.

Sejak pandemi Covid-19 melanda Kalteng, pria 19 tahun itu mulai mempelajari budi daya pohon lemon. Mulai dari cara menyetek hingga penggunaan pupuk yang tepat. Menanam pohon lemon tidaklah sulit. Namun komposisi tanah, pupuk organik, dan pupuk kimia ha­ruslah sesuai. Karena jika tidak sesuai, dapat menyebabkan tanah menjadi panas.

Kalau tanaman tidak kuat menahan panas dari tanah, otomatis tidak bisa berbuah dan akhirnya mati. Selain pupuk, penyiraman juga harus diperhatikan. Itu dilakukan sendiri. Menghabiskan waktu hingga 6 jam untuk menyirami kebunnya tiap dua hari.

“Tahun 2020 itu kan masa Covid, dari situ mulai dikembangkan, dari stek pohon lemon, terus mupuk. Kalau bibit kan kebetulan di rumah ada, jadi mengurangi biaya produksi, cuman beli pupuk aja sih,” ucapnya.

Usaha pria yang memiliki tiga saudara itu mendapat dukungan penuh dari pihak keluarga. Kini Andrau telah memiliki seperempat hektare kebun buah lemon yang dipanen tiap minggu. Sekali panen, kebun buah lemon yang terletak di Jalan Hiu Putih itu dapat menghasilkan lebih dari 50 kilogram. Andrau memasarkan buah lemonnya mulai dari berjualan di CFD hingga menawarkan ke kafe-kafe. Sekarang ini buah lemonnya dipasarkan hingga Sampit. Dari usaha berjuala lemon, Andrau dapat menghasilkan omzet hingga Rp7 juta per bulan.

“Tiap minggu itu panen, dan sekali panen bisa dapat lebih dari 50 kilogram, keuntungan bersih itu bisa sampai Rp7 juta sebulan, sebenarnya dulu awal-awal jual itu agak malu, cuman namanya usaha, jadi harus meredam ego dan rasa malu, dulu agak malu gitu datang ke kafe, bukannya beli kopi, eh malah nawarin lemon, penolakan itu pasti ada, tapi saya percaya bahwa dari sepuluh kali penawaran itu, pasti ada salah satu yang nyangkut,” ungkapnya.

Selain buah lemon, ia juga menjual air perasa buah lemon hingga lemon tea. Namun karena lahan budi daya tak terlalu luas, sejauh ini Andrau hanya menerima pesanan saja. Meski begitu, tak jarang ia kehabisan stok, sehingga beberapa pesanan harus di-pending.

Perjalanan menjadi petani buah lemon bukanlah hal mudah bagi Andrau, meski mengantongi dukungan keluarga. Tak sedikit orang memandangnya sebelah mata. Profesi sebagai petani kerap dianggap sebagai pekerjaan kasar. Namun hal itu justru menjadi motivasi baginya. Menurutnya, tatangan terbesar adalah saat memasarkan produk.

“Pekerjaan petani itu kerap dibilang pekerjaan kasar, tapi ada aja kok anak muda yang juga mengambil jalan seperti aku, ada yang punya produk, tetapi enggak tahu mau dijual ke mana, menurut aku di situlah pentingnya peran pemerintah, seperti dengan mengadakan seminar atau kegiatan lain yang bisa membantu pemasaran produk kaum milenial,” tutupnya. (*/ce/ala)