MAGER adalah istilah yang sering digunakan anak muda untuk mendefinisikan suatu kebiasaan yaitu Males Gerak. Males Gerak dari apapun aktivitasnya. Males Gerak ketika nonton TV, males gerak ketika belajar, males gerak untuk makan, males gerak saat kuliah online, dan males gerak melakukan sesuatu sehingga merasa lebih menyenangkan berlama-lama rebahan dikasur. Malas bergerak dalam dunia medis disebut Sedentary Lifestyle, sebuah kondisi dimana seseorang tidak aktif secara fisik, seperti sering rebahan dan jarang bergerak. Istilah ini lebih akrab dikenal dengan istilah “mager”.

*) Penulis merupakan Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palangka Raya. D-III Keperawatan Reg. XXVI-F
Apalagi dengan adanya pandemi Covid 19 merubah gaya hidup masyarakat, kebijakan lockdown berkontribusi pada berkurangnya aktivitas fisik alias mager (males gerak) karena seseorang hanya bermodal ponsel dan kuota yang cukup untuk melakukan berbagai hal tanpa keluar rumah. Semakin canggih teknologi membuat aktivitas manusia semakin mudah, seperti membeli makanan dan barang kebutuhan lainnya yang dapat dilakukan sambil tiduran mendorong manusia menjadi kurang aktif dan memicu berbagai penyakit.
Perlu kita ketahui bahwa akibat gaya hidup mager tidak dirasakan secara langsung tetapi baru akan mulai terasa bertahun-tahun setelah menjalani rutinitas ini. Menurut WHO, gaya hidup sedentari adalah salah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia Angka kematian akibat kebiasaan malas gerak bahkan jumlahnya dua kali lebih banyak dari kematian karena obesitas. Penyakit seperti tekanan darah tinggi, diabetes, jantung, hingga stroke bisa terjadi pada seseorang yang obesitas.
Jadi, jika Anda sudah merasa kegemukan, maka sebisa mungkin hindari mager dan cobalah untuk berolahraga dan bergerak sebanyak mungkin. Jarang bergerak atau berolahraga bisa membuat kepadatan tulang melemah. Hal itu bisa terjadi karena otot-otot di sekitar tulang menjadi lemah sehingga bisa membuat tulang keropos. Tak hanya penyakit fisik saja, mager juga bisa memperburuk kesehatan mental dengan gampang stres. Jika kita selalu malas bergerak maka bisa juga mengakibatkan bosan hingga akhirnya stres. Hormon endorfin yang membuat bahagia tidak muncul saat kita hanya bermalas-malasan saja sehingga bisa berujung timbulnya gangguan mental seperti stres hingga depresi.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa aktif berolahraga dapat menurunkan risiko terkena stroke hingga 60% pada pria. Selain itu, penelitian lainnya juga mengemukan bahwa wanita yang aktif beraktivitas fisik memiliki peluang 50% terhindar dari serangan jantung dan stroke. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang kurang aktif (malas bergerak) akan memiliki risiko tinggi terkena stroke dan serangan jantung.
Banyak sekali bahaya yang ditimbulkan dari malas gerak. Kebiasaan bermalas-malasan bisa berdampak pada hampir seluruh bagian tubuh, termasuk otot, tulang, dan persendian. Berbagai indera tubuh juga akan ikut bermalas-malasan dan berakhir pada risiko penurunan fungsi. Kalau sudah begitu, risiko munculnya penyakit akan menjadi lebih besar. Mari kita lawan rasa malas, mulai bergerak, lakukan peregangan di sela pekerjaan kita, lakukan senam ringan sebisanya. Lakukan hobi aktif yang disukai seperti menari, sepak bola, badminton dan aktivitas lain agar kita tidak merasa terbebani ketika melakukannya.
Mulailah menyayangi diri sendiri dengan hidup sehat. Jika kita sehat, kita punya tenaga lebih untuk menghadapi tantangan. Pastinya bisa hidup lebih lama bersama orang-orang tersayang.
Salam sehat. (*)