PALANGKA RAYA–Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Tengah (Kalteng) melalui Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan menggelar Jambore Tani 2024 di Gor Indoor, Jalan Tjilik Riwut Km 5, Selasa (22/10). Acara ini dihadiri oleh ribuan peserta. Ada petani, penyuluh pertanian, pendamping desa, kader posyandu, serta kepala desa se-Kalteng.
Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran, dalam sambutan menegaskan pentingnya sektor pertanian bagi provinsi ini.
“Kalteng merupakan salah satu dari empat provinsi yang ditetapkan sebagai lumbung pangan nasional,” ungkap Sugianto Sabran, kemarin.
Program ini telah diusulkan sejak 2017 dan mulai dilaksanakan melalui proyek food estate pada 2020. Gubernur Kalteng menekankan bahwa ketahanan pangan dan pengembangan sektor pertanian merupakan prioritas pemerintah daerah.
Lebih lanjut Sugianto menyampaikan, Kalteng memiliki lebih dari satu juta hektare lahan yang berpotensi untuk pengembangan pertanian. Dari jumlah tersebut, seluas 200 ribu hektare akan dikelola oleh pemprov dalam kurun waktu 5 tahun.
“Langkah ini dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), sekaligus menciptakan puluhan ribu lapangan kerja, termasuk bagi generasi muda yang tertarik untuk menjadi petani,” ujarnya.
Gubernur juga menyatakan kesiapan pemprov mendukung program optimalisasi lahan dan cetak sawah baru yang dicanangkan Kementerian Pertanian RI. Ia mengajak seluruh pihak, baik pemerintah desa, petani, maupun tenaga pendamping untuk bersinergi menyukseskan program tersebut.
“Saya ingin melihat pemuda-pemudi Bumi Tambun Bungai berperan aktif di sektor pertanian. Ini adalah program pemerintah yang sangat penting untuk memperkuat perekonomian daerah,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Sugianto menyampaikan bahwa dari total satu juta hektare lahan pertanian, seluas 800 ribu hektare akan dikelola oleh pemerintah pusat. Pemanfaatan lahan ini diharapkan dapat memperkuat perekonomian Kalteng yang memiliki letak strategis dekat ibu kota negara (IKN) Nusantara.
Oleh sebab itu, Jambore Tani 2024 menjadi momentum penting bagi Kalteng untuk memantapkan posisi sebagai provinsi yang berperan besar dalam ketahanan pangan nasional, sekaligus memberikan ruang bagi pengembangan sumber daya manusia di sektor pertanian.
Pada acara tersebut, Abdul Ahmad Solihin (29), seorang petani dari Desa Sumberejo, Kabupaten Barito Timur, yang telah bertani selama enam tahun, berbagi pengalaman. Selama ini ia fokus menanam berbagai komoditas hortikultura, seperti sayuran, buah semangka, melon, jagung, cabai, dan padi. Hasilnya dijual ke berbagai pasar di sekitar wilayah Barito Timur.
Namun, di balik keberhasilannya bertani selama bertahun-tahun itu, Abdul menghadapi berbagai tantangan. Salah satu masalah terbesar yang dihadapinya adalah keterbatasan kuota pupuk bersubsidi.
”Kemarin, tantangan terbesar kami adalah pupuk karena keterbatasan kuota pupuk bersubsidi. Namun sekarang kami bersyukur, karena kebutuhan pupuk sudah terpenuhi,” ujarnya.
Selain masalah pupuk, petani juga harus menghadapi serangan hama dan penyakit tanaman. “Ini sering terjadi,” tuturnya. Naik-turunnya hasil panen serta kondisi cuaca menjadi tantangan lain. Pada musim kemarau, petani harus bekerja ekstra.
“Musim kemarau menjadi tantangan bagi kami, karena pengairan harus tercukupi. Namun, hasil panen lebih mudah diperoleh pada musim ini,” ungkap Abdul.
Sebaliknya, pada musim hujan, tantangan lain muncul, terutama penyakit jamur pada tanaman.
Meski dihadapkan pada berbagai masalah, Abdul merasa terbantu dengan dukungan Pemerintah Kabupaten Barito Timur. Bantuan seperti alat dan mesin pertanian (alsintan) maupun bibit sangat membantu petani dalam meningkatkan produktivitas.
“Dari pemerintah sudah banyak bantuan, seperti alsintan, bibit, dan jalan tani, itu sangat membantu kami,” tambahnya.
Dengan adanya Jambore Tani 2024, Abdul berharap dapat saling berbagi pengalaman dengan petani dari berbagai daerah, serta memperluas pasar hasil pertanian hingga ke kabupaten lain. Abdul dan rekan-rekannya juga telah mengajukan tambahan bantuan alsintan dan bibit melalui penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan mendapatkan respons yang positif.
“Diharapkan dengan adanya Jambore Tani ini kami bisa saling berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan sesama petani dari daerah lain. Selain pasar di Barito Timur, kami juga berharap bisa menembus pasar kabupaten lain dan ikut memasok kebutuhan,” pungkasnya.
Melalui semangat gotong royong dan dukungan pemerintah, Abdul berharap sektor pertanian di Barito Timur terus berkembang dan mampu menjawab tantangan zaman.
Pengalaman lain diceritakan Buhari Edy Suriyanto (52), petani nanas asal Semekto, Kotawaringin Timur, yang telah berkecimpung di dunia pertanian selama 18 tahun. Bertempat di daerah dekat Bandara H Asan Sampit, Buhari menggunakan karbit sebagai perangsang buah untuk mempercepat pertumbuhan nanas.
Meski telah lama bertani nanas, Buhari juga menghadapi tantangan seperti yang dirasakan petani nanas di daerah lain. Salah satunya adalah masalah kebersihan lahan, yang sering kali terganggu oleh rumput liar. Lebih dari itu, sebagian besar lahan yang mereka kelola adalah lahan pinjaman, yang sering kali beralih fungsi menjadi perumahan.
“Banyak lahan tidur di sini yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk pertanian nanas, tetapi kondisinya perlu diperbaiki. Kami sudah mengajukan pengerokan jalan dan parit agar lahan tidur bisa diolah. Jika air tidak mengalir, lahan menjadi banjir, dan itu memengaruhi produksi nanas,” jelasnya.
Ia menuturkan bahwa banjir di lahan gambut sangat berdampak pada hasil panen nanas. Buhari berharap ada upaya lebih lanjut dari pemerintah daerah untuk memperbaiki sistem drainase, terutama di lahan-lahan pertanian nanas.
Lahan tersebut milik warga yang saat ini tidak dimanfaatkan. Buhari serta petani lainnya telah mengajukan izin pemanfaatan sementara agar produksi nanas tetap terjaga. Apalagi, Kotawaringin Timur memiliki maskot daerah berupa nanas yang dikenal dengan sebutan Si Kantang.
Selain infrastruktur, Buhari juga berharap pemerintah dapat lebih berperan aktif dalam memberikan pelatihan kepada petani nanas.
“Kami butuh pelatihan, terutama dalam mengelola alat-alat pertanian seperti mesin pemotong rumput, sprayer, dan mesin pompa air untuk mencegah kebakaran, karena lahan kami berada di lahan gambut dan dekat bandara,” tambahnya.
Dikatakan Buhari, petani di daerahnya pernah menerima bantuan dari pemerintah berupa sprayer dan arko (alat pertanian). Ia berharap bantuan tersebut dapat dilanjutkan. Selain alat pertanian, ia juga mengusulkan agar pemerintah memberikan bantuan ternak, untuk menambah penghasilan petani.
Dengan berbagai dukungan itu, Buhari dan petani nanas lainnya di Kotawaringin Timur berharap dapat terus melestarikan produksi nanas yang menjadi ikon daerah, sambil menjaga lahan tetap produktif dan berkelanjutan bagi generasi mendatang. (ovi/ce/ala)